Site icon Charupathib

LaLiga Luncurkan Alat untuk Pantau Rasisme di Media Sosial

LaLiga Luncurkan Alat untuk Pantau Rasisme di Media Sosial

Komunitas Pejuang Gacor – LaLiga betul-betul serius menangani masalah rasisme di persaingannya. Terkini, mereka mengeluarkan M.O.O.D, sebuah alat untuk mengatur pembicaraan berkenaan olahraga di sosial media yang menggunakan bahasa Spanyol.

Alat ini adalah hasil kerjasama LaLiga bersama Sentisis dan Grup M.

Direktur Ekskutif LaLiga, Oscar Mayo, berbicara kehadiran alat ini menjadi loyalitas LaLiga untuk menyepak rasisme dari persaingan. Lebih jauh, ia ingin supaya rasisme tidak ada di sepak bola.

“LaLiga memiliki komitmen untuk hentikan ajaran jelek yang terkait dengan berolahraga di sosial media. Alat ini menjadi sebuah tindakan kami untuk menekel ajaran kedengkian baik itu dalam atau luar lapangan,” tutur Mayo dalam info sah.

1. Seperti apakah langkah kerja dari alat ini?

Maka M.O.O.D ini memakai tehnologi sentisis intelligence. Alat ini kelak akan menganalisa bahasa memakai mesin semantik, dengan lebih dari 50 ribu algoritme dan ketentuan bahasa yang telah termaktub pada sebuah Artificial Intelleigence (AI).

Dengan atribut semacam itu, M.O.O.D akan menolong mengenali dan mengklasifikasi kerangka dan bahasa yang berada di sosial media. Nanti, mereka akan mengenali emoticon dan topik dari ajaran di sosial media.

“M.O.O.D adalah contoh bagus dari kemampuan analitis data, sekalian sebagai alat analisis yang dapat dengar dan menyaksikan apa yang telah ada di sosial media. Alat ini dapat menjadi katalis sebuah peralihan,” tutur CEO Sentesis.

2. Kedalaman saat menangani rasisme di LaLiga

CSO GrupM, Icaro Moyano, mengutarakan jika M.O.O.D. ini bisa memberi kedalaman pada usaha LaLiga menangani rasisme. Alat ini nanti dapat memperlihatkan beberapa suara yang membuat tidak nyaman dan tidak tolerir.

“M.O.O.D. akan memperlihatkan beberapa suara yang tidak nyaman, bahkan juga tidak tolerir. Kami akan mengamati, mengetahui, dan memberikan dukungan wawasan yang pada akhirnya dapat membuat keadaan yang inklusif untuk semua,” tutur Moyano.

3. LaLiga sebelumnya sempat dihantui rasisme

LaLiga menyebutkan, ada beberapa kasus rasisme yang terjadi di Spanyol semenjak 2020 kemarin. Nach, Vinicius Junior memang menjadi pemain yang kerap terima gempuran rasial dalam 2 tahun akhir.

Terdaftar, pada Oktober 2021, September 2022, Januari, Februari, Maret, dan Mei 2023, pemain sayap Brasil itu jadi korban rasisme. Rerata, tindakan itu terjadi saat Madrid bertemu Barcelona. Ini yang berusaha disetop LaLiga.

LaLiga sebetulnya telah berlaga untuk menekan perlakuan rasis supporter di stadion. Mereka sebelumnya sempat mengaplikasikan ketentuan jika polisi punyai kuasa extra di tengah-tengah laga saat terjadi tindakan rasisme.

Sadar jika ancaman pemerintahan masalah rasisme tidak begitu bagus, LaLiga juga minta amandemen sah dua undang-undang sebagai payung hukum masalah tindakan rasisme di olahraga, yakni UU Nomor 19 tahun 2007 dan UU Nomor 30 tahun 2022.

Exit mobile version